Hal Penting dalam Memilih Instrumen Investasi – Saat ini sudah semakin banyak orang yang melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dan juga baik untuk apa yang mereka lakukan di masa yang akan mendatang dan juga dapat menjamin kelangsungan hidupnya di masa depan.
Dalam berinvestasi, seorang investor pasti ingin memperoleh keuntungan dari aset yang dibelinya, baik itu saham, reksadana, maupun emas dan lainnya. Namun ternyata, berinvestasi tidak bisa sembarangan dilakukan. Ada cara-cara tertentu yang harus diketahui dan dipahami agar investasi yang dilakukan bisa menguntungkan.
Adapun salah satu hal yang penting diperhatikan dalam berinvestasi adalah memahami profil risiko investment atau tingkat toleransi individu terhadap risiko dari investasi. Profil risiko sendiri secara umum terbagi menjadi tiga yaitu Konservatif (toleransi terhadap risiko investasi yang rendah), Moderat (toleransi terhadap risiko investasi yang menengah), dan Agresif (toleransi terhadap risiko investasi yang tinggi).
1. Tak ada kata terlambat, mulai investasi sekarang!
Jangan tunggu mapan secara finansial untuk berinvestasi. Jika sudah memiliki penghasilan tetap (atau setidaknya rutin) dan sudah memiliki dana darurat yang cukup, maka tidak ada alasan untuk belum memulai investasi.
“Mulailah sekarang. Berapapun umur kamu sekarang, tidak ada kata terlambat,” katanya dalam rilis yang diterima IDN Times, Rabu (22/12/2021).
Perlu diketahui, memulai investasi tidak selalu harus dengan dana yang besar. Saat ini banyak instrumen investasi yang bisa dilakukan dengan setoran rendah seperti mulai dari Rp100 ribu untuk membeli saham, reksadana, deposito atau menabung emas.
2. Pilih investasi yang imbal hasilnya melawan inflasi
Mungkin tidak banyak yang sadar bahwa nilai uang semakin susut. Sebagai analogi, uang senilai Rp10 ribu di tahun 2010 masih bisa dibelanjakan untuk seporsi mie ayam. Tapi, dengan nominal yang sama di 2021, belum tentu cukup untuk membeli seporsi mie ayam karena harganya kemungkinan naik. Hal ini lah yang dimaksud inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai inflasi Indonesia selama lima tahun terakhir berada di rentang 3-5 persen. Meski tergolong cukup rendah, namun faktanya bahwa inflasi itu ada.
“Nah salah satu contoh investasi yang bisa menjadi pilihan dalam melawan laju inflasi adalah saham dan reksa dana. Tapi tentu kembali lagi ya bahwa produk investasinya harus sesuai dengan profil risiko,” katanya.
3. Diversifikasi produk investasi
Benny mengatakan jangan taruh telur dalam satu keranjang. Karena apabila keranjangnya jatuh, maka seluruh telur bisa pecah.
Dalam hal investasi, hal tersebut dapat menggambarkan maksud dari diversifikasi. Di mana sebaiknya tidak menyimpan modal investasi di satu instrumen sekaligus.
“Tujuannya adalah untuk menekan resiko kegagalan atau kerugian di kemudian hari. Apabila salah satu aset merugi, maka masih ada aset lain yang aman,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa dalam memilih instrumen investasi perlu untuk mempertimbangkan profil risiko dan review portfolio masing-masing.